Demi
memenuhi permintaan nae yeodongsaeng… akhirnya jadilah ff yang gaje ini…. Huwahahaha
Warning
: banyak typo!!!
Hanya
fanfiction gaje yang nggak perlu di bash…!!!
Happy
reading… ^^
Han jae-ri POV
Ku tatap hujan yang mengguyur
halaman kampus melalui jendela di kelasku. Dan lagi-lagi untuk yang kesekian
kalinya ingatan itu kembali menghampiriku. Kwon ji yong…. Aku masih tak bisa
melupakanmu. Melupakan semuanya tentang mu… tentang kita… Tak bisa mengingat
sudah berapa tahun Semenjak kita putus. aku menangis Tiap kali mengingatmu. Luka itu
kembali menguap, seakan waktu tak dapat mengobatinya. Kenapa hujan begini?
Kenapa hujan begitu tega padaku? Aku tersiksa…. Aku… Aku sangat ingin melihatmu?
Suara rintik hujan
meninggalkan hatiku yang terguncang. Aku menyesal memberikanmu cintaku….Aku
menyesal semakin terikat dengamu… Aku menyesal membalas pelukanmu saat itu,
tanpa aku tau bahwa aku akan mengalami sakit yang sangat menyesakkan dan
menyiksaku hingga sekarang. Kenapa aku menghadapi rasa sakit itu sendiri?
Apakah kau juga merasakan sakit yang sama denganku? Apa yang salah padaku? Aku hanya
mencoba menjadi gadismu. Menjadi orang yang mencintai dan menyayangimu sepenuh
hati. Dan apakah kamu memahami hatiku? Aku rasa tidak. Mungkin sekarang kau
telah bahagia bersamanya.
Ku langahkan kakiku
meninggalkan ruangan yang tak beberapa menit yang lalu menjadi tempatku
bermonolog di dalam hatiku. Untunglah aku membawa payung. Yang sempat aku tolak
kehadirannya pagi tadi dan berdebat panjang lebar dengan eomma. Payung merah…
ya… bahkan payung merah pun memiliki kenangan tentang kita
Flash back
Gerimis…
apakah akan berakhir dengan hujan deras?? Aku tak membawa payung…
“jaeri-ya…”
panggil seorang namja yang tengah berlarian dengan tergesa-gesa ke arahku.
“o-oppa…
kenapa kau bisa disini??” tanyaku kaget.
“aku
ingin mendengar jawabanmu minggu lalu” ucapnya yang mampu membuat semua
jaringan sarafku berhenti bekerja.
“n-ne..
tapi kenapa kau tak memakai maskermu?? Bagaimana jika nanti fans mu..”
“ayo
cepat… hujan semakin deras..” ujarnya sambil menarik tanganku. Semoga saja dia
tak melihat raut wajahku yang tengah merona. Ia menarikku menuju ke sebuah
halte bis. Dan entah kenapa halte itu bisa kosong?? Omona… apa aku ketinggalan
bis lagi??
“o-oppa…
pakailah maskermu…” ucapku sambil meronggoh masker yang selalu ku simpan di
dalam tasku.
“gomawo..”
ia memakai masker itu tanpa mengalihkan perhatiannya padaku. “jadi… bagaimana
dengan jawabanmu??” tanyanya. Hah… aku harus jawab apa? Jujur saja.. aku sangat
menyukai tapi…
“uhm…
o-oppa… apa kau percaya pada takdir?” tanyaku ambigu
“ne??”
“ne??”
“apa
oppa percaya bahwa setiap manusia itu diciptakan saling berpasangan??”
“aku
yakin aku pernah mendengarnya di suatu tempat. Waeyo??” tanyanya semakin
bingung
“apakah
kau percaya?”
“hm…
tentu”
“baiklah…
jika orang pertama yang turun dari bis nanti membawa payung berwarna merah…
maka aku akan menerimamu”
“kenapa
bagitu??” protesnya
“bukankah
kau percaya pada takdir?”
“hah…
ne.. baiklah… jika orang pertama itu membawa payung berwarna merah… kita resmi
jadian dan besok kau harus bersiap untuk kencan pertama kita.”
“baiklah”
Akhirnya
kami menunggu bis selanjutnya datang. Aku melihatnya tengah berharap… tampak
lucu sekali. Tapi aku juga berharap bahwa dia adalah takdirku…
Tak
lama seorang ahjumma turun dari bis dan mengeluarkan sebuah payung berwarna….
Hitam. Oh… shit. Aku melihat jiyong oppa kecewa. Jujur saja… aku juga kecewa.
Akupun melangkah naik ke bis dan mencari posisi duduk agar dapat melihatnya.
Aku ingin mengatakan permohonan maafku padanya tapi tatapan matanya tak lagi
menatap sendu… tapi tatapan kaget dengan arah yang lain. Aku mencari arah
tatapan matanya dan melihat ahjumma tadi membuka sarung payungnya dan
mengembangkan payungnya yang berwarna… merah. Oh My God..!!! apakah dia…
Jiyong
oppa pun tersenyum ke arahku dan melompat-lompat kesenangan layaknya anak kecil
yang mendapatkan hadiah. Aku hanya bisa tersenyum senang. Dan bis pun melaju
meninggalkan jiyong oppa yang tengah melambai ke arahku.
~~~
Aku tak bisa mengahapusmu
dari fikiranku. Karenamu aku sering tertawa… Karenamu aku aku mempercayai cinta
dan takdir. Dan Karenamu….. aku kehilangan semuanya
Aku terdiam, sesak, dan
kesepian.
Flash back
Aku
telah rapi bersama dengan kado yang telah ku persiapkan. Sebuah kalung
berliontin bintang yang memang khusus ku pesankan untuknya. Hadiah di hari
ulangtahunnya.
Hujan
pula dihari itu. Aku langsung menemuinya di café tempat biasa kami bertemu. Dia
duduk dan terdiam. Dia memandangku tanpa berkata apa-apa… dia tak menatap
siapapun kecuali aku.
“jaeri-ya…
lebih baik kita putus saja mulai sekarang dan anggap saja kita hanya berteman”
ucapnya yang membuat seluruh tubuhku membeku
“b-baiklah…
aku hanya ingin memberikanmu kado ini. Saengil chukaeyo…” akupun langsung
meninggalkannya dengan kotak kecil berwarna merah dengan hiasan pita di atasnya
yang menjadi kado terakhirku. Aku tak dapat lagi membendung air mata ini.
Rasanya sesak… sakit.. seperti ribuan jarum yang menghujam,… dadaku terasa
sakit dan perih. Kenapa begini?? Kenapa rasanya begini??
Aku
memberhentikan sebuah taksi yang lewat dan langsung masuk kedalamnya. Menangis
sejadi-jadinya dan aku berjanji… ini adalah air mata terakhir untuknya.
“leader bigbang, g-dragon.
Dan kiko mizuhara resmi berpacaran. Setelah beberapa kali……” suara
radio dari taki tersebut kembali memecahkan isak tangisku… kenapa?? Bukankah
kau percaya pada takdir?? Kenapa begini??
~~~
Getaran tatapan itu… Dan
senyum kaku yang terpaksa itu… Berbicara tentang perpisahan kita. Hatiku belum
siap menerima ini. Dan Kau menyuruhku untuk berpisah. tapi saat itu terjadi… Kau
memperlakukanku seolah aku ini orang asing yang tak kau kenal… maaf kan aku…
aku tak bisa sepertimu… apakah ada yang bisa memundurkan kembali waktu?? hatiku
sakit… Terlalu sulit untuk menanggungnya.
Aku melangkahkan kakiku
ditengah derasnya hujan. Payung merah yang selalu menemani masalaluku memutar
kembali setiap kejadian tentang kita. Seperti aliran sebuah cerita klasik yang
indah… namun berakhir tragis.
“HAN JAE RI-YA!!!” teriak
seorang namja yang berdiri ditengah hujan tanpa payung ataupun jas hujan
lainnya membuat para pejalan kaki lainnya memperhatikannya. Aku menoleh ke
arahnya. Antara percaya dan tak percaya… kwon ji yong yang selama ini selalu ku
hindari kehadirannya berada di depanku. Luka itu kembali menguak… sakit dan
sesak…
“o-oppa??? Kenapa kau
kesini??” ucapku sinis. Kulihat beberapa orang tengah kaget… berbisik dan…
merekam kejadian ini??
“kau tak suka aku disini? aku
ingin menemuimu.”
“wae?? Bukankah kau telah
bahagia bersamanya??”
“ani… aku hanya bahagia
bersamamu”
“jangan membual dan membuatku
sakit lagi…”
“aku tak membual… bukankah
kau tau kenyataannya… aku hanya mencintaimu dan dia hanya tuntutan agensi
saja.”
“aku tetap tak mempercayaimu”
ucapku lagi
“baiklah… aku akan
membuktikannya…” lalu ia membalikkan badan membelakangiku… menghadap ke arah
para penonton. “semuanya… dengarkan!!! Aku hanya mencintai yeoja ini… dan dia
akan menjadi nyonya kwon!!!” teriaknya dan membuatku terperangah pada kata
terakhirnya… apa aku tak salah mendengar?? Semuanya pun berteriak dan bertepuk
tangan untukku. Apa maksudnya??
Lalu tiba-tiba saja jiyong
oppa berlutut di hadapanku dan memperlihatkan sebuah kotak yang berisi sebuah
cincin berukiran bintang.
“nona han jae ri… maukah kau
mengganti namamu menjadi kwon jae ri dan melalui semuanya bersamaku untuk
mencapai langit tertinggi seperti bintang??” ucapan sederhana namun mengandung
arti yang mendalam…
“terima!! Terima!! Terima!!!”
Para penonton berteriak secara kompak memberi dukungan pada kami.
Air mataku mengalir… apakah
ini mimpi?? Aku menatap sepasang onix yang dulu selalu ku puja. Tak ada
keraguan dan kebohongan disana. Yang ada hanya keyakinan…
aku tersenyum dan mengangguk
di sela airmataku yang turun dengan tanpa izin dariku. Jiyong oppa berdiri dan
memelukku. Payung merah yang sedari tadi melindungiku dari hujan terlepas dari
gengganmanku… tepukan tangan dari orang-orang dan hujan yang seolah ikut
meramaikan suasana seolah menjadi saksi dari kebahagian yang saat ini ku
rasakan…
~THE END~